Bayak kebudayaan yang dapat kita lihat di Bali. Salah satunya upacara ngusaba tegen di Desa Kedisan, Kintmani., Bangli. Upacara Ngusaba Tegen yang bertempat ring pura Dalem Gede dan Dalem Praja Pati , pada saat upacara ini seluruh masyarakat desa Kedisan Membuat jaja bantal, masing-masing satu Tegen berisi jaja bantal serba 20 buah, jaja uli, pisang, taluh, pesan kara, sesajen dipergunakan mesti dikuskus, direbus atau dibakar tidak boleh digoreng.
Prosesi ngusabha tegen dilaksanakan pada setelah tiga atau lima hari sesudah tilem ke tiga. Penduduk Kedisan setiap Upacara Saben tatag sangatlah berantusian, dimana para laki-laki memikul banten tegenan dan perempuan mengusung banten gebogan.
Upacara ini diakhiri dengan cacah jiwa (Mayah ketekan) dengan memakai jinah bolong, dan diakhiri dengan maluang taluh. Tujuan dari cacah jiwa ini untuk mengetahui secara pasti seluruh Jumlah Penduduk Kedisan secara riil, karena hampir 50% penduduk Kedisan berdomisili di Denpasar, sehingga data Penduduk yang tercatat di Dinas sangatlah jauh berbeda jumlahnya.
Setelah semua warga melakukan cacah jiwa, uang kepeng hasil cacah jiwa terkumpul ditanam dihalaman pura setempat. Dimana maksud dari penguburan uang ini adalah untuk menyampaikan kepada Ida Bhatara yang beristana di Pura Dalem setempat jumlah keseluruhan masyarakat Desa Kedisan.